STARUNLEASH – Hashashin, yang sering disebut para Assassins dalam narasi-narasi Barat, adalah sebuah kelompok yang bergerak dalam kerahasiaan di kawasan Timur Tengah selama zaman pertengahan, khususnya antara abad ke-11 hingga ke-13. Mereka terkenal sebagai pembunuh yang terlatih dan berani, yang menjalankan operasi pembunuhan terhadap figur-figur kunci secara sembunyi. Kita akan menggali sejarah kelompok misterius ini, memisahkan fakta dari berbagai mitos yang mengelilinginya.
Anggota Hashashin merupakan bagian dari faksi Nizari Ismaili, salah satu aliran dalam Islam Syiah. Mereka didirikan di bawah kepemimpinan Hassan-i Sabbah, seorang figur yang karismatik dan penuh taktik, yang menduduki benteng Alamut di wilayah Iran sekitar tahun 1090. Benteng ini menjadi pusat operasi untuk jaringan mata-mata dan pembunuhan yang membuat Hashashin menjadi nama yang dihormati sekaligus ditakuti.
Cara kerja Hashashin dalam melaksanakan tugas mereka sangat khas. Mereka terlatih untuk menyamar dan merapat kepada sasaran selama waktu yang lama, bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun, sebelum akhirnya melaksanakan serangan yang mematikan. Biasanya, pembunuhan yang mereka lakukan terjadi di depan publik untuk memberikan dampak rasa takut serta peringatan kepada lawan-lawan mereka. Namun, mereka juga cenderung menghindari kehilangan nyawa yang tidak terlibat dan kerusakan yang tidak perlu, hal ini yang membedakan mereka dari teroris masa kini.
Nama ‘Hashashin’ sering terasosiasi dengan konsumsi hashish atau ganja, walaupun belum ada bukti yang mendalam yang mendukung klaim tersebut. Sebagian orang berpendapat bahwa istilah ini diarahkan sebagai sindiran oleh musuh-musuh mereka untuk menjatuhkan dan mencemarkan nama baik mereka. Informasi yang kita miliki tentang Hashashin kebanyakan bersumber dari catatan sejarah yang ditulis oleh lawan-lawan mereka, yang mungkin saja telah dilebihkan atau dimanipulasi untuk menjelek-jelekkan kelompok tersebut.
Meski jumlah mereka terbatas, Hashashin memiliki dampak politik yang besar. Dengan serangkaian pembunuhan yang direncanakan secara strategis, mereka berhasil mengambil peran penting dalam dinamika politik lokal dan regional. Pembunuhan menjadi alat untuk menakut-nakuti musuh dan menjaga kemandirian mereka di tengah konflik lebih besar antara kekuatan-kekuatan Muslim maupun dalam Perang Salib.
Kekuasaan Hashashin berakhir ketika pasukan Mongol menaklukkan dan meruntuhkan benteng Alamut pada tahun 1256. Pemimpin mereka kala itu, Rukn-ud-Din Khurshah, menyerah kepada Mongol, yang memimpin pada kejatuhan kekuatan Hashashin. Namun, warisan mereka tetap hidup dalam budaya pop dan sejarah sebagai salah satu kelompok pembunuh bayaran yang sangat misterius dan ditakuti.
Hashashin telah menjadi topik cerita dan mitologi selama beratus-ratus tahun. Mereka menggambarkan bagaimana sejarah seringkali dibentuk oleh narasi dan pengaruh propaganda. Meski masih banyak yang tertutupi misteri, keberadaan Hashashin merupakah bagian yang tak terpisahkan dalam narasi sejarah politik Islam dan dunia selama masa mereka. Keberadaan mereka mengajarkan kita bahwa kekuatan dan pengaruh bisa hadir dalam banyak wujud dan terkadang dari sudut-sudut paling tersembunyi dalam sejarah.