starsunleash – Pemerintah China secara resmi menetapkan target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5% untuk tahun 2025 dalam sidang parlemen tahunan di Beijing. Langkah ini diambil di tengah ancaman perang tarif dari Amerika Serikat (AS) yang dipimpin Presiden terpilih Donald Trump, yang berencana memberlakukan tarif hingga 60% terhadap barang-barang China.
Latar Belakang Ekonomi China
Pada 2024, ekonomi China tumbuh 5%, didorong stimulus fiskal kilat dan lonjakan ekspor. Namun, sektor domestik menghadapi tantangan berat: konsumsi rumah tangga masih di bawah level pra-pandemi, investasi properti menyusut terbesar dalam sejarah, dan deflasi berlanjut selama dua tahun berturut-turut28. Bahkan, pertumbuhan PDB nominal (setelah penyesuaian harga) hanya 4,2% pada 2024—terendah sejak era reformasi ekonomi 1970-an.
Ekonom Societe Generale SA, Wei Yao dan Michelle Lam, menilai pemulihan China masih rapuh dan membutuhkan stimulus fiskal lebih kuat untuk menjaga stabilitas. Sementara itu, Jacqueline Rong dari BNP Paribas SA menyoroti ekspor sebagai “penyelamat” utama pada 2024, meski ancaman tarif AS berpotensi mengganggu kinerja tahun ini.
Ancaman Tarif Trump dan Dampak Global
Donald Trump, yang akan dilantik minggu depan, mengancam mengenakan tarif tinggi pada produk China. Kebijakan ini berisiko mengurangi seperempat kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi China. Uni Eropa juga mulai memberlakukan tarif impor mobil listrik China sebesar 43%, memperparah tekanan pada industri ekspor.
Ancaman ini telah memicu gelombang antisipasi global. Perusahaan multinasional mempercepat pengiriman barang dari China sebelum tarif berlaku, tetapi efek ini diprediksi hanya bersifat sementara. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada 2025 akan melambat menjadi 4,5% jika perang tarif semakin meluas.
Strategi China dan Respons Kebijakan
Untuk mencapai target 5%, pemerintah China merencanakan:
- Subsidi perusahaan dan konsumen untuk meningkatkan belanja peralatan dan perlengkapan.
- Penambahan anggaran pensiun dan asuransi kesehatan guna mendorong konsumsi rumah tangga.
- Pelonggaran moneter melalui penurunan suku bunga dan pencairan likuiditas.
Namun, efektivitas stimulus infrastruktur dipertanyakan akibat kelelahan proyek publik dan penurunan investasi swasta slot bet 200. Upaya hilirisasi industri juga berisiko memperburuk kelebihan kapasitas dan protes mitra dagang.
Dampak bagi Indonesia
Sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, pelemahan ekonomi China berpotensi mengurangi ekspor komoditas Indonesia seperti batu bara dan minyak sawit. Ketua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, mengingatkan pemerintah untuk menyiapkan mitigasi risiko dan mencari pasar alternatif selain China.
IMF dan Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 sekitar 5,1-5,2%, dengan tantangan utama dari depresiasi rupiah dan ketidakpastian global. Said menekankan pentingnya diplomasi perdagangan internasional untuk menghadapi gejolak tarif.
Analisis Ahli
Lizzi C. Lee dari Asia Society menyebut langkah China sebagai “sinyal darurat” untuk menghindari stagnasi ekonomi8. Sementara Yukki Nugrahawan Hanafi dari ALFI/FIATA menilai peluang logistik Indonesia tetap terbuka jika mampu memanfaatkan pergeseran rantai pasok global ke ASEAN.