https://starsunleash.com/

STARUNLEASH – Hamas, yang dalam bahasa Arab berarti “gerakan perlawanan,” merupakan entitas politik dan militer Palestina yang memegang peranan kunci dalam perselisihan antara Israel dan Palestina. Berdiri pada tahun 1987, gerakan ini muncul bersamaan dengan intifada pertama, yaitu pemberontakan terhadap penjajahan Israel di wilayah Palestina. Dalam tulisan ini, kita akan menyelusuri jejak pendirian Hamas, mengkaji konteks historis yang melatarbelakanginya, serta memahami bagaimana peranannya berkembang dalam kancah politik Palestina.

Berakar pada tahun 1987 sebagai respon langsung atas kondisi politik dan sosial yang tegang di wilayah Palestina, Hamas tumbuh dari cabang lokal Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi Islam internasional yang didirikan di Mesir pada 1928. Dipimpin oleh Sheikh Ahmed Yassin, kelompok ini mulai menyediakan layanan sosial, pendidikan, dan keagamaan kepada masyarakat Palestina, dalam upaya mendapatkan dukungan di tengah keadaan sosioekonomi yang menantang.

Kebangkitan Hamas berkaitan erat dengan meningkatnya ketidakpuasan terhadap penjajahan Israel dan kegagalan fraksi Palestina yang ada dalam meraih kemajuan berarti dalam perjuangan nasional mereka. Intifada pertama yang pecah pada tahun 1987 memberikan dorongan bagi Hamas untuk menegaskan dirinya sebagai pemain baru dalam perlawanan.

Dalam manifesto yang diterbitkan tahun 1988, Hamas menyatakan dedikasinya pada Islam sebagai dasar dari struktur kehidupan politik, sosial, dan ekonomi di Palestina, serta menekankan pada tujuan pembebasan wilayah Palestina dari cengkeraman Israel. Organisasi ini menolak pengakuan atas negara Israel dan mengadvokasi pendirian negara Palestina yang mencakup wilayah Israel saat ini, bersama dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Sejak awalnya, Hamas telah mengembangkan dua divisi utama satu yang bergerak dalam bidang sosial dan politik, dan lainnya adalah sayap militer, dikenal sebagai Brigade Izz al-Din al-Qassam. Gerakan ini terkenal dengan serangan-serangannya terhadap sasaran-sasaran Israel, termasuk aksi-aksi bunuh diri yang meningkat selama intifada kedua di awal 2000-an.

Israel telah bereaksi terhadap kegiatan Hamas dengan serangkaian tindakan militer besar-besaran serta pemblokiran ekonomi terhadap Jalur Gaza, yang sejak tahun 2007 berada di bawah kontrol Hamas. Komunitas internasional memiliki pandangan yang beragam terhadap Hamas. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, menganggap Hamas sebagai organisasi teroris, sementara negara lain mengakui mereka sebagai perwakilan yang sah dari keinginan rakyat Palestina.

Seiring berjalannya waktu, Hamas telah mengalami transformasi politik dari gerakan perlawanan bersenjata menjadi partai yang berpartisipasi dalam politik Palestina secara lebih konvensional. Dalam pemilihan legislatif Palestina tahun 2006, Hamas berhasil mengejutkan banyak pengamat dengan kemenangan mereka, menandai peralihan penting dari aktivitas militan menjadi keterlibatan politik resmi.

Di wilayah yang dikuasai oleh Hamas, kelompok ini telah memainkan peran penting dalam penyediaan layanan sosial, pendidikan, dan kesehatan, seringkali menggantikan peran pemerintahan yang kurang efektif. Kendati hal ini meningkatkan dukungan dari penduduk Palestina, sikap keras Hamas terhadap Israel dan penolakannya mengakui negara tersebut telah memicu isolasi dan kesulitan ekonomi yang lebih besar bagi penduduk Gaza.

Dari dasar gerakan perlawanan, Hamas telah berkembang menjadi pemain politik kunci di Palestina. Meskipun mereka memperoleh dukungan signifikan dari penduduk Palestina atas pendekatan perlawanan dan layanan sosial mereka, tindakan Hamas juga menyebabkan dampak internasional yang besar dan menambah kompleksitas situasi di wilayah tersebut. Sejarah dan perkembangan Hamas mencerminkan kerumitan dan ketegangan dalam konflik Israel-Palestina, yang terus mempengaruhi dinamika politik baik di tingkat regional maupun internasional hingga saat ini.