STARSUNLEASH – Pada tanggal 7 Oktober, konflik membara kembali antara Israel dan Hamas dengan serangan yang dilancarkan oleh Hamas pada dini hari, sekitar pukul 06.30. Serangan tersebut melibatkan peluncuran ribuan roket ke arah wilayah-wilayah utama Israel, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem. Beberapa roket berhasil menembus pertahanan Iron Dome Israel dan menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan.
Israel segera merespons dengan serangkaian serangan udara menuju Gaza. Kedua belah pihak berada dalam pertukaran serangan yang intens, menyebabkan jumlah korban yang terus meningkat. Pengepungan oleh Israel terhadap kota Gaza yang dimulai awal Desember menandai titik lain dari kerugian besar, terutama di kalangan warga sipil.
Hamas, yang menguasai Gaza, telah mengumumkan bahwa sejak serangan Israel pada tanggal 7 Oktober, jumlah korban tewas telah mencapai 18.800 orang, termasuk 8.000 anak-anak dan 6.200 perempuan. Selain itu, tercatat 51.000 orang mengalami luka-luka.
Upaya menuju gencatan senjata tampaknya mulai menemukan titik terang. Pada tanggal 18 Desember 2023, ada laporan bahwa kedua pihak, Israel dan Hamas, menunjukkan keterbukaan terhadap usulan gencatan senjata terbaru dan masalah pertukaran tawanan yang masih ditahan di kedua wilayah. Namun, detail spesifik tentang pelaksanaan kesepakatan tersebut masih menjadi titik perdebatan.
Sebelumnya, pada akhir November, telah tercapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas berkat peran mediasi dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Kesepakatan tersebut, yang hanya berlangsung satu minggu, mencakup pembebasan tawanan oleh kedua faksi.
Sebagai langkah awal dalam negosiasi yang sedang berlangsung, Mesir dan Qatar telah menekankan pentingnya akses bantuan dan pembukaan kembali perlintasan perbatasan Kerem Shalom, yang vital bagi pergerakan barang antara Jalur Gaza, Israel, dan Mesir.
Sementara itu, harapan perdamaian semakin terangkat dengan kabar bahwa kepala badan intelijen Israel telah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Qatar. Hamas, di sisi lain, telah menyiapkan daftar tawanan yang ingin mereka bebaskan dan mendesak pasukan Israel untuk mundur ke posisi sebelumnya yang telah ditetapkan di Gaza.
Israel telah setuju dengan daftar tawanan yang disusun oleh Hamas, tetapi mendesak penetapan batas waktu dan permintaan untuk mengakses daftar sebelum menyetujui syarat gencatan senjata. Menurut laporan media, Israel enggan menarik kembali pasukan militernya dari Gaza tanpa kesepakatan gencatan senjata yang jelas, menganggap posisi mereka di daerah tersebut sebagai titik strategis untuk mengekang aktivitas Hamas.